NilaiKeteladanan. 1. Thomas Matulessy. Pemimpin perlawanan terhadap Belanda di daerah Saparua yang berhasil menguasai benteng Belanda dan menewaskan Residen van den Berg. 1. Jiwa pemberani tanpa kenal takut. 2. Pantang menyerah. cmengevaluasi penjajahan pemerintah hindia belanda. bab 2 perang melawan kezaliman kolonialisme. a mengevaluasi perang melawan keserakahan kongsi dagang abad ke 16 s/d ke 18. 1 aceh versus portugis dan voc. 2 maluku angkat senjata. 3 sultan agung versus j p coen. 4 perlawanan banten. 5 perlawanan goa. Sistemini menyebar ke seantero dunia melalui penjajahan dan ekspansi politik negeri kerajaan tersebut. [17] Oleh karena itu, untuk memutus segala pengaruh dan timbulnya akibat yang merugikan pemerintah Belanda, penasihat pemerintah Belanda yang juga ahli hukum Islam, Prof. Christian Snouck Hurgronje (1857-1936) memunculkan kebijakan Islam Mengevaluasiperang melawan penjajahan kolonial Hindi Belanda. Perang yang terjadi pada abad ke-18 dan 19 dan awal 20 merupaakan perlawanan terhadap pemerintahan kolonial Hindia - Belanda. Pemerintah kolonial belanda tetap menjalankan taktik perang yang licik dan kejam. Perang melawan penjajahan pemerintah kolonial Hindia Belanda . Perlawanan terhadap penjajahan pemerintah Hindia Belanda terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Hindia-Belanda Indonesia pada abad ke-17 dan 18 tidak dikuasai secara langsung oleh pemerintah Belanda namun oleh perusahaan dagang bernama Perusahaan Hindia Timur Belanda bahasa Belanda Verenigde Oostindische Compagnie atau VOC. Monopoli perdagangan dan mencampuri urusan dalam kerajaan menyebabkan perlawanan di berbagai daerah. Perlawanan tersebut belum dapat mengusir penjajah, namun membangkitkan semangat anti penjajahan. 1. Perang TondanoBambang Setiaji Perang Tondano I Hubungan dagang orang Minahasa dan Spanyol terus berkembang. Karena kedatangan VOC, hubungan Minahasa dan Spanyol menjadi terganggu. Waktu itu VOC telah berhasil menanamkan pengaruhnya di Ternate. Bahkan Gubernur Simon Cos mendapat kepercayaan dari Batavia untuk me. Simon Cos kemudian menempatkan kapalnya di Selat Lembeh untuk mengawasi pantai timur Minahasa. Para pedagang Spanyol dan juga Makasar yang bebas berdagang mulai tersingkir karena ulah VOC. VOC berusaha memaksakan kehendak agar orang-orang Minahasa menjual berasnya kepada VOC. Orang-orang Minahasa menentang usaha monopoli tersebut. Kemudian VOC melakukan perbuatan yang dapat merugikan dan mendesak rakyat Minahasa, yaitu dengan membendung Sungai Temberan. Karena ulah VOC ini, rakyat Minahasa memindah tempat tinggal mereka ke Danau Tondano, dengan rumah apung. Karena tempat tinggal mereka, sebelumnya terenam air dari Sungai Temberan. VOC tidak mau mengalah dan mengepung seluruh kekuatan Minahasa yang berpusat di Danau Tondano dan Gubernur Simon Cos mengeluarkan ultimatum yang isinya merugikan rakyat Minahasa. Tetapi rakyat Minahasa hanya bergeming dan tidak setuju. Akhirnya VOC kembali bersama pasukannya ke Manado. Setelah itu rakyat Tondano menghadapi masalah dengan hasil pertanian yang menumpuk, tidak ada yang membeli. Dengan terpaksa mereka kemudian mendekati VOC untuk membeli hasil-hasil pertaniannya. Dan mereka berpindah tempat ke Minawanua ibu negeri. Perang Tondano II Perang ini dilatarbelakangi oleh kebijakan Gubernur Jenderal Daendels. Daendels yang mendapat mandat untuk memerangi Inggris, memerlukan pasukan dalam jumlah besar. Oleh karena itu, pasukan ditambah dengan orang pribumi. Tetapi pada umumnya rakyat Minahasa tidak setuju, dan para ukung Ukung adalah pemimpin dalam suatu wilayah walak atau daerah setingkat distrik mulai meninggalkan rumah mereka dan mulai melawan Pemerintah kolonia yang berpusat di Tondano, Minawanua. Salah seorang pemimpin yaitu Ukung Lonto Ia menegaskan rakyat Minahasa harus melawan kolonial Belanda sebagai bentuk penolakan terhadap program pengiriman pemuda Minahasa ke Jawa. Tanggal 23 Oktober 1808 pertempuran mulai berkobar. Belanda menyerang Tondano habis-habisan, bahkan di kampung tersebut seperti tidak ada kehidupan. Namun Belanda salah, dari kampung tersebut rakyat menyerang dengan hebatnya. Dan pasukan Belanda mundur, tetapi karena sungai Temberan meluap akibat ulahnya sendiri, mereka akhirnya kesulitan untuk keluar. Meskipun Perang Tondano II ini sangat lama. Namun dengan kekuatan yang ada para pejuang Tondano terus memberikan perlawanan. Akhirnya pada tanggal 4-5 Agustus 1809 Benteng pertahanan Moraya milik para pejuang hancur bersama rakyat yang berusaha mempertahankan. Para pejuang itu memilih mati dari pada menyerah. Nilai patriotnya adalah memilih mati dari pada menyerah dan pantang menyerang. 2. Pattimura Angkat SenjataBambang Setiaji Pada masa Pemerintahan Rafles, aktivitas perdagangan di Maluku mudah berkembang dan damai. Kerja rodi mulai dikurangi. Tetapi ketika Nusantara jatuh ditangan Belanda, monopoli perdagangan mulai diperketat. Dan tindakan yang dilakukan Belanda sangat merugikan rakyat Maluku. Pemimpin Saparua tidak bisa menentang tindakan Belanda. Oleh karena itu rakyat Maluku kecewa dan mengadakan pertemuan-pertemuan rahasia untuk melawan Belanda. Kepemimpinan dipercayakan kepada Kapten Pattimura. Perlawanan mulai dengan menghancurkan kapal-kapal Belanda di Pelabuhan. pihak para pejuang selain Pattimura juga tampil tokoh-tokoh seperti Christina Martha Tiahahu, Thomas Pattiwwail, dan Lucas Latumahina. Para pejuang Maluku dengan sekuat tenaga mengepung Benteng Duurstede dan berhasil menguasai Benteng Duurstede. Meskipun Belanda mendatangkan bantuan, tetapi mereka tetap kewalahan dalam menghadapi rakyat Maluku. Kemudian diadakan perundingan tetapi tidak ada kesepakatan. Karena perlawanan Pattimura diluar Benteng, maka Benteng Duurstede dikuasai kembali oleh Belanda. Christina Martha Tiahahu mendengar bahwa pembantu Pattimura tertangkap, sehingga ia marah dan melakukan serangan gerilya. Beberapa bulan Pattimura dan Christina Martha Tiahahu serta pahlawan yang lain juga tertangkap dan dibuang ke Jawa. Dan berakhirlah perlawanan Pattimura. Nilai patriotnya adalah selalu berusaha meskipun dalam kesulitan apapun. 3. Perang Padri Dwi Wulandari Perang Padri terjadi di tanah Minangkabau, Sumatera Barat pada tahun 1821 – 1837. Perang ini digerakkan oleh para pembaru Islam yang sedang konflik dengan kaum Padri sebenarnya merupakan perlawanan kaum Padri terhadap dominasi pemerintahan Hindia Belanda di Sumatera Barat. Perang ini bermula adanya pertentangan antara kaum Padri dengan kaum Adat. Adanya pertentangan antara kaum Padri dengan kaum Adat telah menjadi pintu masuk bagi campur tangan Belanda. Penyebab perang ini adalah • Bermula pertentangan antara kaum Padri & kaum Adat, dan Belanda ikut campur dalam urusan ini. • Masyarakat Minangkabau perilakunya sudah menyimpang dari ajaran Islam. • Gerakan pembaruan & pemurnian pelaksanaan ajaran Islam yang dilakukan oleh kaum Padri. • Tindakan Belanda yang ditentang keras oleh kaum Padri. • Makin kuatnya perebutan antar willayah. Tokoh yang terlibat dalam perang ini diantaranya Tuanku Kota Tua, Tuanku Nan Renceh, Haji Miskin, Haji Sumanik, Haji Prabang, James Du Puy, Tuanku Suruaso, Tuanku Pasaman, Kapten Goffinet, Peto Syarif/Tuanku Imam Bonjol, Tuanku Mensiangan, Kolonel De Stuers, Sulaiman Aljufri, Gilafary, Jacob Elout, Tuanku Nan Cerdik, & Van Den Bosch. Serangan dimulai oleh kaum Padri yang menyerang pos-pos & pencegatan terhadap patroli-patroli Belanda, seperti Simawang, Soli Air, Sipinang &ll. Pasukan Padri dalam melakukan serangan menggunakan senjata-senjata tradisional. Kemudian Tuanku Pasaman menggerakkan ± pasukan untuk mengadakan serangan di sekitar hutan di sebelah timur gunung. Tuanku Pasaman memusatkan perjuangan dari Lintau & Tuanku Nan Ranceh memimpin pasukan di Baso. Kemudian Belanda kewalahan dan mengambil strategi damai dengan perjanjian Padang, yang isinya 1. Belanda mengakui kekuasaan pemimpin Padri di Batusangkar, Saruaso, Padang Guguk Sigandang, Agam, Bukittinggi dan menjamin pelaksanaan sistem agama di daerahnya. 2. Kedua belah pihak tidak akan saling menyerang 3. Kedua pihak akan melindungi para pedagang dan orang-orang yang sedang melakukan perjalanan 4. Secara bertahap Belanda akan melarang praktik adu ayam. Tindakan kaum Padri yang memutuskan sarana komunikasi antara benteng Belanda di Tanjung Alam & Bukittinggi dijadikann Belanda di bawah Gilavry untuk menyerang Koto Tuo di Ampek Angkek, serta membangun benteng pertahanan dari Ampang Gadang sampai ke Biaro. Kemudian Gilavry digantikan oleh Jacob Elout, Elout mendapatkan perintah dari Van den Bosch untuk melaksanakan serangan besar-besaran terhadap kaum Padri. Karenan bantuan 2 orang kaum Padri yang berkhianat dengan menunjukkan jalan menujukkan Benteng Marapalam, pada Agustus 1831 Belanda dapat menguasai Benteng jatuhnya benteng ini maka beberapa nagari di sekitarnya ikut menyerah. Dengan kebijakan baru itu beberapa tokoh Padri dikontak oleh Belanda dalam rangka mencapai perdamaian. Setelah kekuatan pasukan Tuanku Nan Cerdik dapat dihancurkan, pertahanan terakhir perjuangan kaum Padri berada di tangan Tuanku Imam Bonjol. Tahun 1834 Belanda dapat memusatkan kekuatannya untuk menyerang pasukan Imam Bonjol di Bonjol. Jalan-jalan yang menghubungkan Bonjol dengan daerah pantai sudah diblokade oleh tentara Belanda. Satu per satu pemimpin Padri dapat ditangkap. Hal ini jelas dapat memperlemah pertahanan pasukan Padri. Namun di bawah komando Imam Bonjol mereka terus berjuang untuk mempertahankan setiap jengkal tanah Minangkabau. Bulan Oktober 1837, secara ketat Belanda mengepung dan menyerang benteng Bonjol. Akhirnya Tuanku Imam Bonjol dan pasukannya terdesak. Pada tanggal 25 Oktober 1837 Tuanku Imam Bonjol ditangkap. Pasukan yang dapat meloloskan diri melanjutkan perang gerilya di hutan-hutan Sumatera Barat. Imam Bonjol sendiri kemudian dibuang ke Cianjur, Jawa Barat. Tanggal 19 Januari 1839 ia dibuang ke Ambon dan tahun 1841 dipindahkan ke Manado sampai meninggalnya pada tanggal 6 November 1864. Dampak yang ditimbulkan dari perang ini adalah • Prajurit gugur sebanyak 350 orang pada pergerakan Tuanku Pasaman. • Jatuhnya wilayah Sumatra Barat ke tangan Belanda. • Tertangkapnya Tuanku Imam Bonjol. Perang ini menyisakan sisa-sisa peninggalan yaitu Benteng Fort de kock di Bukittinggi. Niali-nilai patriotism yang dapat diambil adalah • Senantiasa mempertahankan hak walaupun harus dengan nyawa sebagai taruhannya. • Tuanku Imam Bonjol merupakan seorang yang tokoh yang patut diteladani karena perjuangannya. 4. Perang DiponegoroDwi Wulandari Memasuki abad ke-19, keadaan di Jawa khususnya di Surakarta dan Yogyakarta semakin memprihatinkan. Beberapa penyebab terjadinya peperangan ini adalah • Intervensi pemerintah colonial terhadap pemerintahan local tidak jarang mempertajam konflik yang sudah ada & dapat melahirkan konflik baru di lingkungan kerajaan. • Masuknya budaya barat yang tidak sesuai dengan budaya timur. • Insiden anjirpatok. • Sewa tanah sawah & penduduknya sekaligus. • Adanya jurang pemisah antara rakyat dengan punggawa kerajaan & perbedaan status social antara pribumu dengan kaum colonial membuat Pangeran Diponegoro turun tangan. Tokoh-tokoh yang terlibat diantaranya • Pangeran Diponegoro/Raden Mas Ontowiryo • Smissaert • Patih Danurejo • Pangeran Adinegoro • Pangeran Suryokusumo & Tumenggung Reksoprojo • Kiai Hasan Besari • Pangeran Abubakar • Pangeran Muhammad • Pangeran Adisuryo dan Pangeran Somonegoro • Pangeran Joyokusumo &ll Peperangan ini terjadi di Pulau Jawa, tepatnya di daerah Surakarta dan Yogyakarta. Upaya yang dilakukan adalah 1. Membagi 16 mandala perang Yogyakarta dan sekitarnya di bawah komando Pangeran Adinegoro adik Diponegoro diangkat sebagai patih dengan gelar Suryenglogo. Bagelen diserahkan kepada Pangeran Suryokusumo dan Tumenggung Reksoprojo. Perlawanan di daerah Kedu diserahkan kepada Kiai Muhammad Anfal dan Mulyosentiko. Bahkan di daerah Kedu Pangeran Diponegoro juga mengutus Kiai Hasan Besari mengobarkan Perang Sabil untuk memperkuat pasukan yang telah ada. Pangeran Abubakar didampingi Pangeran Muhammad memimpin perlawanan di Lowanu. Perlawanan di Kulon Progo diserahkan kepada Pangeran Adisuryo dan Pangeran Somonegoro. Yogyakarta bagian utara dipimpin oleh Pangeran Joyokusumo. Yogyakarta bagian timur diserahkan kepada Suryonegoro, Somodiningrat, dan Suronegoro. Perlawanan di Gunung Kidul dipimpin oleh Pangeran Singosari. Daerah Plered dipimpin oleh Kertopengalasan. Daerah Pajang diserahkan kepada Warsokusumo dan Mertoloyo, dan daerah Sukowati dipimpin oleh Tumenggung Kertodirjo dan Mangunnegoro. Gowong dipimpin oleh Tumenggung Gajah Pernolo. Langon dipimpin oleh Pangeran Notobroto Projo. Serang dipimpin oleh Pangeran Serang. 2. Pangeran Diponegoro berusaha menentang dominasi Belanda yang kejam & tidak mengenal peri kemanusiaan. 3. Pertempuran sengit antara Pangeran Diponegoro & Belanda karena insiden Anjir membuat bumi Tegalreja hangus, kemudian Pangeran Diponegoro & pasukan menyingkir ke Bukit Selarong. 4. Menyiapkan beberapa tempat untuk markas komando cadangan & menyusun langkah di Selarong. 5. Pada pertempuran di Selarong Pangeran Diponegoro sebagai pucuk pimpinan didampingi oleh Pangeran Mangkubumi, Ali Basuah Sentot Prawirodirojo sebagai panglima muda, & Kiai Mojo sebagai muridnya. Dampak yang ditimbulkan adalah petani tidak dapat mengembangkan hidup dengan pertaniannya karena menjadi korban kerja paksa, kerja paksa juga membuat para petani menderita & rakyat masih dikenakan pajak tanah, sering adanya kekacauan karena perbedaan status social. Peninggalan dari peperangan ini adalah Gua Selarong, yaitu goa yang sebagai bukti terjadinya peperangan Diponegoro. Nilai-nilai patriotism o Pangeran Diponegoro adalah seorang pemimpin yang tidak individualis, melainkan Pangeran Diponegoro sangat memperhatikan keselamatan anggota keluarga beserta anak buahnya. 5. PERLAWANAN DI BALIBALIEnik Muryanti TOKOH • Gubernur Jendral Daendles • Granpre Moliere • Huskus Koopman • Raja Bandung • Raja Karngsem • Raja Buleleng • Raja Klungkung • Raja Bandung • Raja Tabanan • Gusti Ngurah Made Karangasem • I Gusti Ktut Jelantik • J. Van Swieten • Letkol Sutherland Benteng Jagaraga • Jero Jempiring PENYEBAB Perkembangan dominasi Belanda dengan rakyat Blai sehingga terjadi perlawanan yang disebut dengan perang Hindia Belanda tidak menyetujui masa pemerintahan Belanda mengirimkan 2 utusan untuk mengatasi kendala yng terjadi lalu muncullah perjanjian dengan raja-raja di pun dapat menerima perjanjian yang diberikan oleh Belanda. UPAYA Raja dan para pejuang menipu daya Belanda dengan menyetujui pertandingan. Dengan itu raja memperkuat pasukkannya dengan membangun Benteng Jagaraga dan Rakyat mempertahankanHukum Twang Karang. Hal ityu menimbukan amarah bagi Belanda lalu Belanda mengeluarkan ultimatum kepada Raja-raja agar dapat dipatuhi dan dilaksanakan perjanjian tersebut. Dengan itu Belanda mendatangkan pasukkannya untuk menyerang Bali. Dibawah tangan Ktut Jelantik dan istrinya di Bali banyak pasukkan Belanda yang tewas dan luka-luka, akhirnya Belanda ditarik mundur. DAMPAK Dengan kekalahan itu Belanda selang beberapa hari mendatangkan lebih banyak pasukan untuk melakukan pembalasan. Runtuhlah Benteng Jagaraga sebagai pertanda lenyapnya kedaulatan rakyat Buleleng. Dengan terbunuhnya Raja Buleleng dan Patih Ktut Jelantik maka jatuhlah kerajaan Buleleng ke tangan Belanda dengan di susul Kerajaan kerjaan yang lain. SIFAT PATRIOTISME Ktut Jelantik adalah seseorang yang semangat berjuang,Pantang menyerah, Rela berrkorban untuk mempertahankan Bali dari tangan Belanda. 6. PERANG BANJARBANJARMASIN, KALIMANTANEnik Muryanti TOKOH • Sultan Sulaiman • Sultan Adam • Abdul Rakhman • Pnageran Hidayatullah • Pangeran Tmjidillah • Prabu Anom • Graaf Von Bentheim Teklenburg • Penghulu Abdulgani • Aling Panembahan Muning • Pangeran Antasari • Sultan Pasir • Tumenggung Surapati • Sultan Kuning PENYEBAB Pengaruh politik Belanda di Kerajaan Banjar yang merupakan hasil dari bantuan yang diberikan Belanda kepada Sultan Banjar. Pada tahun1817 terjadi perjanjian antara Sultan BanjarSultan Sulaimandengan pemerintahan Hindia ini menyatakan bahwa kerajaan Banjar adalah milik tahta terjadi pada pemerintahan Pangeran ia wafat ia berwasiat bahwa yang berhak menggantikannya adalah Pangeran Belanda menghendaki Pangeran Tamjillah yang menjadikan karena ia sangat cocok dengan lain yang tidak diperhitungkan Belanda adalah Pangeran Antasari. Dengan inilah Belanda mengangkat Pangeran Tmjillah sebagai Sultan / Raja dan Pangeran Hiadayat sebagai mangkubuminya. UPAYA Belanda meminta Pangeran Hidayatullah untuk bergabung ia memilih tetap bersama Pnageran Antasari mengirim pasukan untuk menyerbi pos-pos Belanda di Martapura. Pangeran Antasari banyak dukungan dipara ulama dan penggawa kerajaan untuk menyerang satu pasukan dari Antasari berhasil menenggelamkan kapal Belanda dan merampas senjata dikapal pun semakin meluas dan menjadi 3 lokasi Ykni sekitar Benua Lima dipimpin oleh Tumenggung Jalil,Martapura dan Tanah Laut dipimpin oleh Demang Lehman,serta di sepanjangSungai Barito dipimpin oleh Pangeran sengit terjadi banyak mengeluarkann korban, 9 orang serdadu Belanda pun memperbanyak Lehman dan pra pemimpin lainnya melakukan perundingan dengan tokh-tokoh pejuang perundingan itu menghasilkan kesepakatan yang berisi Perang Banjar menolak penawaran berunding dengan merumuskan beberapa siasat pertemuan itu semau hadirmengangkat sumpah untuk mengusir semua pemimpin-pemimpin berkobar diberbagai tempat untuk menghancurkan Hiadayatullah dibantu dengan pasukan Demang Lehman . DAMPAK Terjadilah pertempuran sengit antara Belanda dan Pangeran Hidayatullah lebih sedikit dibandingkan dengan pasukan Pangeran Hidayatullah dan Demang Lehman menarik mundur pasukannya,Kemudian ia bersembunyi dihutan. Nmaun Belanda masih terus mencarinya. Akhirnya pada tanggal 28 Februari 1826 Hidayatullahdi tangkap kemudian ia diasingkan ke Cianjur,Jawa Barat. 7. Aceh BerjihadMuhammad Nasukha Kedaulatan yang mulai terganggu karena keserakahan dan dominasi Belanda telah berimbas ke Aceh sehingga melahirkan Perang aceh, perangnya para pejuang untuk berjihad melawan kezaliman kaum penjajah pada tahun 1873 – 1912. Pada tanggal 17 Maret 1824 tejadi Traktat London yang isinya antara lain adalah bahwa Belanda setelah mendapatkan kembali tanah jajahanya di Kepulaun Nusantara, tidak dibenarkan mengganggu kedaulatan Aceh. Namun Belanda terus berusaha untuk menguasai Aceh. Pada tanggal 1 Februari 1858, Belanda menyodorkan perjanjian dengan Sultan Siak, sultan Ismail yang dikenal dengan Traktat siak. Isinya antara lain Siak mengakui kedaulatan Hindia Belanda di Sumatera Timur. Artinya daerah yang berada di bawah pengaruh Siak menjadi berada di bawah dominasi Belanda. Perkembangan politik yang semakin menohok Kesultanan Aceh adalah ditandatanganinya Traktat Sumatera antara Belanda dengan Inggris pada tanggal 2 November 1871 yang isinya inggris member kebebasan kepada Belanda untuk memperluas daerah kekuasaanya di seluruh Sumatera. Pada tanggal 26 Maret 1873 terjadilah perang antar Aceh dengan Belanda. Pasukan Aceh dipimpin oleh Sultan Mahmud membangun benteng disepanjang pantai Aceh Besar. Jumlah pasukan juga ditingkatkan. Senjata dari luar juga berhasil dimasukkan. Dalam Aceh berjihad terjadi banyak pertempuran. Ada banyak tokoh yang terlibat dalam pertempuran tersebut. Antara lain Cut Nyak Dien, Teuku Umar, Cut Nyak Mutia, Tengku Cik Di Tiro. Mereka semua tewas dalam pertempuran. 8. Perang BatakMuhammad Nasukha Masuknya dominasi Belanda ke tanah Batak ini disertai penyebaran agama Kristen. Penyebaran agama Kristen ini ditentang oleh Si Singamangaraja XII, karena dikhawatirkan akan agama Kristen akan menghilngkan tatanan tradisional dan kesatuan negeri yang telah ada secara turun temurun. Terjadilah pengusian para zending bahkan penterbuan dan pembakaran pos – pos xending di Silindung. Kejadia ini telah menimbulkan kemarahan Belanda. Pada tanggal 8 Januari 1878 Belanda mengirim pasukan untuk menduduki Silindung. Pecahlah perang Batak. Pertempuran pertama terjadi di Bahal Batu. Si Singamangaraja XII dengan pasukanya berusaha sekuat tenaga tetapi masih gagal dan akhirnya terpaksa mundur. Akibatnya pertempuran malah merebet ke daerah lain. Kemudian Belanda menyerang ke benteng dan istana kerajaan Si Singamangaraja. Dan benteng tersebut berhasil diduduki Belanda. Pada tahun 1889 Si Singamangaraja XII kembali melakukan perlawanan terhadap Belanda di Huta Puong. Tetapi Huta Puong juga jatuh ke tangan Belanda. Si Singamangaraja XII kemudian membuat pertahanan di Pakpak dan Dairi. Akhirnya pada tanggal 17 Juni 1907 Si Singamngaraja XII tewas dalam pertempuran begitu juga dengan putrinya Lopian dan putranya Sutan Nagari & Patuan. Dengan demikian berakhirlah Perang Batak. SMK NEGERI 1 TENGARAN XIRPL1 Dibuat oleh -Bambang Setiaji -Dwi Wulandari -Enik Muryanti -Muhammad Nasukha BAB II PEMBAHASAN Tokoh Daendels dan Pandangan – Pandangan A. Tokoh Seoranng Daendels Herman Willem Daendels lahir di Hattem,Gelderland, Republik Belanda, 21 Oktober 1762 – meninggal di Elmina, Belanda Pantai Emas, 2 Mei 1818 pada umur 55 tahun, adalah seorang politikus Belanda yang merupakan Gubernur – Jenderal Hindia Belanda yang ke-36. Ia memerintah antara tahun 1808 – 1811. Masa itu Belanda sedang dikuasai oleh Perancis. Pada tahun 1780 dan 1787 ia ikut para kumpulan pemberontak di Belanda dan kemudian melarikan diri ke Perancis. Di sana ia menyaksikan dari dekat Revolusi Perancis dan lalu menggabungkan diri dengan pasukan Batavia yang republikan. Akhirnya ia mencapai pangkat Jenderal dan pada tahun 1795 ia masuk Belanda dan masuk tentara Republik Batavia dengan pangkat Letnan-Jenderal. Pada tahun 1806 ia dipanggil oleh Raja Belanda, Raja Louis untuk berbakti kembali di tentara Belanda. Ia ditugasi untuk mempertahankanprovinsi Friesland dan Groningen dari serangan Prusia. Lalu setelah sukses, pada tanggal 28 Januari 1807 atas saran Kaisar Napoleon Bonaparte, ia dikirim ke Hindia Belanda sebagai Gubernur-Jenderal. Terhadap raja-raja di Jawa, ia bertindak keras, tetapi kurang strategis sehingga mereka menyimpan dendam kepadanya. Di mata Daendels, semua raja pribumi harus mengakui raja Belanda sebagai junjungannya dan minta perlindungan kepadanya. Bertolak dari konsep ini, Daendels mengubah jabatan pejabat Belanda di kraton Solo dan kraton Yogya dari residen menjadi minister. Minister tidak lagi bertindak sebagai pejabat Belanda melainkan sebagai wakil raja Belanda dan juga wakilnya di kraton Jawa. Oleh karena itu Daendels membuat peraturan tentang perlakuan raja-raja Jawa kepada para Minister di kratonnya. Para bupati diperintahkan menyediakan tenaga kerja dengan konsekuensi para pekerja ini dibebaskan dari kewajiban kerja bagi para bupati tetapi mencurahkan tenaganya untuk membangun jalan. Sementara itu para bupati harus menyediakan kebutuhan pangan bagi mereka. Semua proyek ini akan diawasi oleh para prefect yang merupakan kepala daerah pengganti residen VOC. Dari hasil kesepakatan itu, proyek pembangunan jalan diteruskan dari Karangsambung ke Cirebon. Pada bulan Agustus 1808 jalan telah sampai di Pekalongan. Sekembali Daendels di Eropa, Daendels kembali bertugas di tentara Perancis. Dia juga ikut tentara Napoleon berperang keRusia. Setelah Napoleon dikalahkan di Waterloo dan Belanda merdeka kembali, Daendels menawarkan dirinya kepada RajaWillem I, tetapi Raja Belanda ini tidak terlalu suka terhadap mantan Patriot dan tokoh revolusioner ini. Tetapi biar bagaimanapun juga, pada tahun 1815 ia ditawari pekerjaan menjadi Gubernur-Jenderal di Ghana. Ia meninggal dunia di sana akibat malaria pada tanggal 8 Mei 1818 B. Pandangan Terhadap Daendels Daendels adalah kaum patriot dan liberal yangbsangat dipengaruhi oleh ajaran Revolusi Perancis. Daendels ingin menanamkan jiwa kemerdekaan, persamaan dan persaudaraan di lingkungan masyarakat Hindia. Ia ingin memberantas praktik – praktik feodalisme agar masyarakat lebih produktif untuk kepentingan negeri induk. Juga mencegah penyalahgunaan kekuasaan dan membatasi hak – hak bupati atas tanah dan tenaga rakyat. Dampak pemerintahan Daendels bagi kehidupan ekonomi dan social kemasyarakatan di Indonesia. Daendles membuat beberapa kebijakan, di antaranya Membuat Grote Postweg Jalan Raya Pos dari Anyer Banten sampai Panarukan Jawa Timur; jalan ini didirikan agar di setiap kota/kabupaten yang dilaluinya terdapat kantor-kantor pos; dengan adanya pos-pos ini maka penyampaian berita akan lebih cepat sehingga berita apa pun akan lebih cepat diterima. Mendirikan benteng-benteng pertahanan sebagai antisipasi terhadap serangan dari tentara Inggris yang juga ingin menguasai Jawa. Membangun pangkalan angkatan laut di Merak dan Ujung Kulon. Menambah jumlah pasukan dari orang menjadi 18000 orang, yang sebagian besar orang-orang Indonesia dari Maluku, Jawa. Mendirikan pabrik senjata di Semarang dan Surabaya. Selain itu, Daendels juga mengubah sistem pemerintahan tradisional dengan sistem pemerintahan Eropa. Pulau Jawa di bagi menjadi sembilan prefektur keresidenan, yang dikepalai oleh seorang residen yang membawahkan beberapa bupati kabupaten. Para bupati ini diberi gaji tetap dan tidak diperkenanan meminta upeti kepada rakyat. Dampaknya kewibawaan para bupati dihadapan rakyatnya menjadi merosot, karena bupati adalah pegawai pemerintah yang harus tunduk kepada keinginan pemerintah. Rakyat Indonesia mengalami penderitaan yang sangat hebat. Selain dituntut untuk membayar pajak-pajak pemerintah, mereka juga diharuskan terlibat dalam kerja paksa rodi pelaksanaan pembangunan Jalan Raya Pos. Untuk menutupi biaya pembangunan, tanah-tanah rakyat dijual kepada orang-orang partikelir Belanda dan Tionghoa. Penjualan tanah juga termasuk penduduk yang mendiami wilayah tersebut, sehingga penderitaan rakyat kecil semakin bertambah akibat dari tindakan sewenang – wenang para pemilik tanah. Ribuan rakyat Indonesia meninggal dalam pembuatan Jalan Raya Pos dikarenakan kerja yang sangat berat sedangkan mereka tidak dibayar dan diberi makan dengan layak. Penyebab digantikannya Daendels dengan Janssen dan apa yang dilakukan Janssen pada masa pemerintahannya Pada bulan Mei 1811 kedudukan Daendels digantikan oleh Willem Janssens. Janssens tidak lama memerintah di Indonesia, karena pada tanggal 18 September 1811 Janssens menyerah kepada Inggris di dekat Salatiga, setelah gagal dalam menahan serangan Inggris di Semarang bersama dengan Legiun Mangkunegara, pecahan Mataram. Pada saat Jansens memerintah,kedudukan Inggris di Indonesia makinkuat dan makin dekat untuk menguasaipulau Jawa. Pada tahun 1811 Jansensmenyerah kepada Inggris di daerahTuntang, Salatiga Jawa Tengah. Pada tahun 1811 Belanda, Prancis menyerah kalah kepada Inggris di daerah Tuntang, daerah sekitar Salatiga Jawa Tengah. Pemerintah kolonial Belanda terpaksa menandatangani perjanjian yang disebut Kapitulasi Tuntang tahun 1811, yang berisi Seluruh kekuatan militer Belanda yang berada wilayah asia tenggara harus diserahkan kepada Inggris Utang pemerintah Belanda tidak diakui oleh Inggris Pulau Jawa, Madura dan semua pangkalan militer Belanda di luar Jawa menjadi wilayah kekuasaan Inggris. Prinsip – Prinsip Raffles pada Masa Pemerintahannya Kebijaksanaan Raffles. Dalam bidang Politik pemerintahan v membagi Jawa menjadi 16 keresidenan v membuat sisitem pengadilan berdasarkan pengadilan Inggris v menghapus rodi dan perbudakan Dalam bidang pengetahuan Raffles sangat tertarik pada sejarah, seni, dan kebudayaan Jawa. Raffles menjadi salah satu peletak dasar pengetahuan di Indonesia. Penyelidikannya dikumpulkan dalam bukunya History of Java. Dalam bidang keuangan pemerintah Inggris untuk menambah keuangan pemerintah Inggris Rafflesmengadkan peraturan Landrente. Ia menjual tanah kepada swasta atau pribadi khususnya orang-orang Inggris. Ia juga memegang monopolo penjualan garam. Dalam bidang perekonomian Raffles menciptakan sistem ekonomi yang bebas tanpa ada unsur paksaan. Ia dipengaruhi oleh cit-cita revolusi Perancis dengan semboyannya, kebebasan, persamaan, dan persaudaraan. Kebijaksanaannya dalam bidang ekonomi adalah Rakyatdiberi kebebasan penuh untuk menentukan jenis tanaman apa yang hendak mereka tanam. Peranan Bupati sebagai pemungut pajak dihapuskan dan mereka dijadikan gagian dari pemerintahan kolonial Inggris. Pemerintah kolonial adalah pemilik tanah maka para petani yang menggarap tanah dianggap sebagai penyewa tanah milik pemerintah. Petani diwajibkan membayar sewa tanah atau pajak atas pemakaian tanah. Seawa tanah inilah yang dijadikan dasar kebijaksanaan ekonomi pemerintahan Inggris di bawah Raffles. Untuk menilai pelaksanaan sistem sewa tanah ini ada tiga aspek penting yang dijalankanya itu penyelengaraan suatu sistem pemerintahan atas dasar pemerintahan modern barat. Kekuasaan raja-raja atau para Bupatidikurangi dan diganti oleh pegawai Eropa Pelaksanaan pemungutan sewa tanah Sistem ini gagal karena keterangan yang dapat dipercaya untuk penetapan pajak tidak ada. Promosi penanaman tanaman perdagangan untuk ekspor Hal ini gagal karena petani tidak berpengalaman dalam menjual hasil tanaman mereka di pasar bebas. Mereka sering ditipu oleh kepala desa. Usaha yang dilakukan untuk menjalankan kebijakannya Langkah-langkah Raffles pada bidang pemerintahan adalah Membagi Pulau Jawa menjadi 16 keresidenan sistem keresidenan ini berlangsung sampai tahun 1964 Mengubah sistem pemerintahan yang semula dilakukan oleh penguasa pribumi menjadi sistem pemerintahan kolonial yang bercorak Barat Bupati-bupati atau penguasa-penguasa pribumi dilepaskan kedudukannya yang mereka peroleh secara turun-temurun Sistem juri ditetapkan dalam pengadilan Bidang ekonomi dan keuangan Petani diberikan kebebasan untuk menanam tanaman ekspor, sedang pemerintah hanya berkewajiban membuat pasar untuk merangsang petani menanam tanaman ekspor yang paling menguntungkan. Penghapusan pajak hasil bumi contingenten dan system penyerahan wajib verplichte leverantie yang sudah diterapkan sejak zaman VOC. Menetapkan sistem sewa tanah landrent yang berdasarkan anggapan pemerintah kolonial. Pemungutan pajak secara perorangan. Bidang hokum Sistem peradilan yang diterapkan Raffles lebih baik daripada yang dilaksanakan oleh Daendels. Karena Daendels berorientasi pada warna kulit ras, Raffles lebih berorientasi pada besar kecilnya kesalahan. Badan-badan penegak hukum pada masa Raffles sebagai berikut • Court of Justice, terdapat pada setiap residen Court of Request, terdapat pada setiap divisi Police of Magistrate Bidang social Penghapusan kerja rodi kerja paksa Penghapusan perbudakan, tetapi dalam praktiknya ia melanggar undang-undangnya sendiri dengan melakukan kegiatan sejenis perbudakan. Peniadaan pynbank disakiti, yaitu hukuman yang sangat kejam dengan melawan harimau. Bidang Ilmu Pengetahuan Ditulisnya buku berjudul History of Java di London pada tahun 1817 dan dibagi dua jilid Ditulisnya buku berjudul History of the East Indian Archipelago di Eidenburg pada tahun 1820 dan dibagi tiga jilid Raffles juga aktif mendukung Bataviaach Genootschap, sebuah perkumpulan kebudayaan dan ilmu pengetahuan Ditemukannya bunga Rafflesia Arnold Dirintisnya Kebun Raya Bogor Memindahkan Prasasti Airlangga ke Calcutta, India sehingga diberi nama Prasasti Calcutta Dari kebijakan ini, salah satu pembaruan kecil yang diperkenalkannya di wilayah kolonial Belanda adalah mengubah system mengemudi dari sebelah kanan ke sebelah kiri, yang berlaku hingga saat ini. Pada tahun 1815 Raffles kembali ke Inggris setelah Jawa dikembalikan ke Belanda setelah Perang Napoleon selesai. Pada 1817 ia menulis dan menerbitkan buku History of Java, yang melukiskan sejarah pulau itu sejak zaman kuno. Sistem Landrent Kebijakan politik Raffles di Indonesia dijalankan berdasarkan asas-asas liberal yang menjunjung tinggi persamaan derajat dan kebebasan manusia. Dijiwai oleh nilai-nilai liberal, Raffles bermaksut mewujudkan kebebasan dan menegakkan hukum dalam pemerintahannya, yaitu berupa. Perwujudan kebebasan dilaksanakan berupa kebebasan menanam, kebebasan berdagang, dan produksi untuk ekspor. Penegakkan hukum diwujudkan berupa perlindungan hukum kepada rakyat agar bebas dari kesewenang-wenangan. Sesuai dengan kebijakan politiknya tersebut, Raffles menerapkan kebijakan ekonomi seperti yang dijalankan Inggris di India. Hal tersebut karena Indonesia memiliki banyak persamaan, yaitu sama-sama negara agraris. Kebijakan ekonomi yang diterapkan Inggris tersebut disebut dengan Landrent-system, atau sistem pajak tanah. Pokok-pokok Landrent System Segala bentuk penyerahan dan kerja paksa dihapuskan. Rakyat diberikan kebebasan untuk menanam segala jenis tanaman yang dianggap menguntungkan. Semua tanah manjadi milik pemerintah kolonial Inggris. Pemungutan sewa tanah dilakukan secara langsung, tidak lagi dengan perantara bupati. Sementara itu, tugas bupati terbatas hanya pada dinas-dinas umum. Penyewaan tanah dibeberapa daerah dilakukan berdasarkan kontrak dan batas waktu. Landrent System berlawanan dengan sistem feodal yang selamai ini berlaku di Indonesia. Selama ini, tanah dimiliki oleh para bangsawan . Para petani penggarap tanah diwajibkan menyerahkan sebagian hasil panen menurut takaran yang sudah ditentukan oleh pemilik tanah. Semakin meningkatnya hasil panen para petani, tidak akan berpengaru pada kesejahteraan petani karena takaran yang telah ditentukan hanya akan menguntungkan pemilik tanah. Alasannya, penyerahan hasil panen dilakukan lewat perantara para bupati. Mereka ini cenderung menarik penyerahan yang telah ditentukan. Hal ini bertujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi maupun untuk menyenagkan para bangsawan pemilik tanah. Ternyata Landrent System sangat sulit dilaksanakan di Indonesia. Raffles menghadapi banyak sekali tantangan dan hambatan dalam menerapkan kebijakan barunya tersebut. Tantangan terbesar berasal dari kaum bangsawan, karena pemberlakuan Landrent System ini akan sangat merugikan mereka. Berbagai kendala yang dihadapi, membuat Landrent System gagal diterapkan di Indonesia. Karena kas pemerintah kolonial Inggris di Indonesia harus tetap sehat, maka Raffles terpaksa menerapkan kebijakan seperti pemerintah Kolonial Belanda dahulu. Ia memberlakukan wajib kerja untuk menanam tanaman yang bisa memberikan keuntungan besar seperti kopi dan pohon jati. Ia juga terpaksa menerapkan berbagai macam pungutan yang yang pernah ia hapus. Akhirnya penderitaan rakyat Indonesia dibawah pemerintahan Raffles tak jauh beda dengan pemerintahan VOC dan Daendels dahulu. Pokok-pokok Sistem Pajak Tanah Ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam sistem pajak tanah. Segala bentuk penyerahan wajib dan kerja paksa dihapuskan. Semua tanah menjadi milik pemerintah kolonial. Penyewahan tanah di beberapa daerah dilakukan berdasarkan kontrak dan batas waktu. Keuntungan Sistem Pajak Tanah bagi Rakyat Rakyat bebas menanam tanaman yang menguntungkan sesuai dengan keterampilannya. Rakyat membayar sewa sesuai dengan aturan yang berlaku,tanpa rasa khawatir adanya punggutan liar. Rakyat akan tergerak untuk meningkatkan hasil pertanian karena akan meningkatkan tarif kehidupannya. Keuntungan Sistem Pajak Tanah bagi Pemerintah Kolonial Pemerintah memperoleh pemasukkan pendapatan secara tetap dan terjamin. Semakin besar hasil panen semakin besar pula sewa tanah yang diterima oleh pemerintahan kolonial. Kendala Sistem Pajak Tanah Sistem feodal telah berakar dan menjadi tradisi di Indonesia. Pegawai pemerintah yang cakap untuk mengendalikan pelaksanaan sistem pajak tanah terbatas jumlahnya. Rakyat Indonesia belum siap menerima sistem yang baru. Kepemilikan tanah berciri tradisionalwarisan adat. Akibatnya, pemerintah kolonial mengalami kesulitan dalam prosedur pengambilan tanah. Pemerintahan Komisaris Jenderal Pemerintahan Raffles di Indonesia hanya berlangsung selama 5 tahun. Pada tanggal 19 Agustus 1816, berlangsung penyerahan kekuasaan atas Indonesia dari Inggris kepada Indonesia Di Belanda sendiri, terjadi perdebatan mengenai kebijakan politik yang tepat untuk Indonesia, yaitu Kaum Liberalberkeyakinan bahwa tanah jajahan akan memberikan keuntungan kepada negeri induk apabila urusan ekonomi diserahkan kepada pihak swasta Kaum Konservatif berkeyakinan bahwa tanah jajahan akan memberikan keuntungan kepada negeri induk apabila urusan ekonomi ditangani langsung oleh pemerintah. Sekitar tahun 1830-an, kebijakan politik pemerintah kolonial mulai bergeser ke arah konservatif. Penyebabnya adalah Kebijakan politik liberal banyak mengalami hambatan, karena tidak sesuai dengan sistem feodal yang berlaku di Indonesia. Pemerintah sulit berhubungan langsung dan bebas dengan rakyat, pemerintah harus melalui perantara para penguasa setempat. Hasil perdagangan dari sektor ekspor belum memuaskan karena kalah bersaing dengan Inggris. Terjadi pemisahan Belgia dari Belanda, akibatnya Belanda kehilangan daerah industrinya sehingga tidak mampu menyaingi Inggris dalam ekspor hasil industri ke Indonesia. Sistem Tanam Paksa Sistem ini dijalankan atas saran Van Den Bosch yang kemudian diangkat jadi gubernur jenderal di Indonesia. ~Akibat Tanam Paksa~ ›Dampak Tanam Paksa bagi Belanda Kas belanda yang semula kosong dapat dipenuhi Penerimaan pendapatan melebihi anggaran belanja Belanda tidak mengalami kesulitan keuangan lagi dan mampu melunasi utang-utang Indonesia. Menjadikan Amsterdam sebagai pusat perdagangan hasil tanaman tropis. ›Dampak tanam paksa bagi Indonesia Menyebabkan tekanan fisik maupun mental yang berkepanjangan bagi rakyat Indonesia Jumlah penduduk di Pulau jawa menurun drastic dikarenakan banyaknya kelaparan dan kematian karena system tanam paksa ini Pertanian terutama hasil padi mengalami banyak kegagalan. ~Aturan-Aturan Tanam Paksa~ Penduduk desa yang punya tanah diminta menyediakan seperlima dari tanahnya untuk ditanami tanaman yang laku di pasaran dunia. Tanah yang disediakan bebas dari pajak. Hasil tanaman itu harus diserahkan kepada pemerintah Belanda. Apabila harganya melebihi pembayaran pajak maka kelebihannya akan dikembalikan kepada petani. Waktu untuk menanam tidak boleh melebihi waktu untuk menanam padi. Kegagalan panenan menjadi tanggung jawab pemerintah. Wajib tanam dapat diganti dengan penyerahan tenaga untuk dipekerjakan di pengangkutan, perkebunan, atau di pabrik-pabrik selama 66 hari. Penggarapan tanaman di bawah pengawasan langsung oleh kepalakepala pribumi, sedangkan pihak Belanda bertindak sebagai pengawas secara umum. ~Pelaksanaan Tanam Paksa~ Melihat aturan-aturannya, sistem tanam paksa tidak terlalu memberatkan, namun pelaksanaannya sangat menekan dan memberatkan rakyat. Adanya cultuur procent menyangkut upah yang diberikan kepada penguasa pribumi berdasarkan besar kecilnya setoran, ternyata cukup memberatkan beban rakyat. Untuk mempertinggi upah yang diterima, para penguasa pribumi berusaha memperbesar setoran ~Akhir Tanam Paksa~ Sistem tanam paksa yang mengakibatkan kemelaratan bagi bangsa Indonesia, khususnya Jawa, akhirnya menimbulkan reaksi dari berbagai pihak, seperti berikut ini. O Golongan Pengusaha Golongan ini menghendaki kebebasan berusaha. Mereka menganggap bahwa tanam paksa tidak sesuai dengan ekonomi liberal. O Baron Van Hoevel Ia adalah seorang missionaris yang pernah tinggal di Indonesia 1847. Dalam perjalanannya di Jawa, Madura dan Bali, ia melihat penderitaan rakyat Indonesia akibat tanam paksa. Setelah pulang ke Negeri Belanda dan terpilih sebagai anggota parlemen, ia semakin gigih berjuang dan menuntut agar tanam paksa dihapuskan. O Eduard Douwes Dekker Ia adalah seorang pejabat Belanda yang pernah menjadi Asisten Residen Lebak Banten. Dengan nama samaran Multatuli yang berarti “Aku Telah Banyak Menderita“, ditulisnya buku Max Havelaar atau Lelang Kopi Persekutuan Dagang Belanda 1859 yang menggambarkan penderitaan rakyat akibat tanam paksa. Akibat adanya reaksi tersebut, pemerintah Belanda secara berangsur-angsur menghapuskan sistem tanam paksa. Nila, teh, kayu manis dihapuskan pada tahun 1865 Tembakau tahun 1866 Tebu tahun 1884 Tanaman terakhir yang dihapus adalah kopi pada tahun 1917 karena paling banyak memberikan keuntungan. BAB III PENUTUP Kesimpulan VOC yang bermula sebagai kongsi dagang dating mencari keuntungan, kemudian berkembang menjadi kekuatan monopoli dan intervensi di bidang politik dan pemerintahan kerajanaan di Nusantara VOC dibubarkan karena adanya problem manajemen, tang, dan korupsi. Pemerintahan komisaris yang mengawali dominasi pemerintahan colonial Belanda mengambil kebijakan jalan tengah. Pelaksanaan Tanam Paksa oleh Van den Bosch telah menyebabkan penderitaan bagi rakyat Indonesia. System usaha swasta Belanda telah berhasil mengeruk keuntungan dari bumi Indonesia, sementara rakyat tetap menderita. Seiring dengan datangnya bangsa Barat juga telah berdampak pada perkembangan agama Kristen Katolik dan Krissten Protistan di Indonesia. Sumber I. PILIHAN GANDA 1. D 2. B 3. A 4. D 5. A 6. C 7. A 8. C 9. A 10. C 11. E 12. D 13. A 14. B 15. A 16. C 17. A 18. A 19. C 20. E II. ESSAI 1. Awalnya menurut Perancis, Daendels adalah kaum patriot dan liberal dari Belanda yang sangat dipengaruhi oleh ajaran Revolusi Perancis. Di dalam beberapa pidatonya, Daendels tidak lupa mengutip semboyan Revolusi Perancis. Daendels ingin menanamkan jiwa kemerdekaan, persamaan dan persaudaraan di lingkungan masyarakat Hindia. Oleh karena itu, ia ingin memberantas praktik-praktik feodalisme. Namun ketika menjabat sebagai gubernur jenderal, sifat tersebut hilang. Daendels menjadi pemimpin yang kejam dan otoriter. Kebijakan yang dikeluarkan sangat menyengsarakan penduduk Hindia Belanda hingga menimbulkan banyak korban jiwa. Bahkan ia dijuluki si tangan besi. Daendels juga merupakan pemimpin yang korup hingga akhirnya ia diberhentikan sebagai gubernur jenderal dan digantikan oleh Jansen. Hikmah yang dapat diambil dari ketokohan Daendels adalah menjadi figur pemimpin yang baik. Ketika belum mendapatkan jabatan tinggi, sangat mudah untuk memiliki karakter baik bahkan dengan cita-cita baik. Namun ketika telah menjadi pemimpin yang besar akan sangat sulit mempertahankan karakter tersebut. Tak jarang pemimpin yang tadinya bersih terjerumus kedalam hal negatif. Maka dari itu perlulah disadari bahwa mempertahankan ideologi dan karakter yang baik sangat penting. Karena hal tersebut sangat melekat dan berat. Jadilah pemimpin yang selalu konsisten dengan kebaikan serta selalu mementingkan kemaslahatan hidup orang banyak. 2. Kebijakan dan program land rent yang dicanangkan Raffles tersebut tidak terlepas dari pandangannya mengenai tanah sebagai faktor produksi. Menurut Raffles, pemerintah adalah satu-satunya pemilik tanah. Dengan demikian sudah sewajarnya apabila penduduk Jawa menjadi penyewa dengan membayar pajak sewa tanah dari tanah yang diolahnya. Pajak dipungut perorangan. Jumlah pungutannya disesuaikan dengan jenis dan produksi tanah. Tanah yang paling produktif akan membayar pajak sekitar 1/2 dari hasil dan tanah yang paling tidak produktif hanya 1/4 dari hasil. Kalau dirata-rata setiap wajib pajak itu akan menyerahkan sekitar 2/5 dari hasil. Setelah itu petani bebas menggunakan sisanya. Pajak merupakan salah satu alternatif pembiayaan Negara untuk menyelenggarakan tugas pemerintahan. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang karena penentuan nasib Negara ditentukan oleh rakyat sendiri, dan menentukan rencana pembiayaan Negara melalui Dewan Perwakilan Rakyat. Tugas memungut dana masyarakat berupa pajak khususnya pajak pusat dilakukan oleh Departemen Keuangan, yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pajak dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Dengan adanya asas desentralisasi dalam Negara kesatuan Indonesia, yang menentukan bahwa daerah merupakan rumah tangga sendiri maka daerah diberikan pula wewenang untuk mengatur rumah tangganya, dan diberikan wewenang untuk memungut pajak tertentu dan pungutan lain yang disebut retribusi. Maka dengan melihat kedua sistem terebut jelaslah berbeda. Sistem land rent mengatakan bahwa tanah dimiliki oleh pemerintah sedangkan sistem pajak, tanah dapat kita miliki hanya saja dikenakan biaya sesuai dengan jenis dan luas tanah. Selain itu pelaksanaan pemerintahan Raffles sudah banyak terjadi penyimpangan dalam pelaksanaannya. Terlebih unsur penjajah tidak bisa dihapuskan ketika itu. Sedangkan sistem pajak saat ini sudah adil dan tidak memberatkan apabila benar-benar dikelola sesuai dengan fungsinya. Hal ini dikarenakan sistem pajak akan dikembalikan kepada rakyat sedangkan sistem land rent diambil pemerintah keuntungannya. 3. Dampak Kapitulasi Tuntang adalah jatuhnya Hindia Belanda ketangan Inggris. Pemerintah Belanda menyerahkan ketangan Inggris yang menjadi pintu gerbang pelaksanaan Land Rent. Walaupun sebenarnya tidak berpengaruh banyak untuk Indonesia karena sama jatuh ketangan Penjajah. Disini posisi pribumi sama-sama dirugikan 4. Dampak Konvensi London adalah jatuhnya Hindia Belanda dari Inggris kembali ketangan Belanda. Inggris yang hanya sebentar memegang Hindia Belanda harus menyerahkan kekuasaan ketangan Belanda. Dengan begitu Hindia Belanda kembali dijajah Belanda yang merupakan pintu gerbang sistem tanam paksa dan ekonomi liberal. Dalam hal ini pribumi juga dirugikan karena sistem yang diterapkan pada dasarnya hanya menyengsarakan rakyat. 5. Tidak karena pada dasarnya Raffles tetap melekat hakikat sebagai penjajah. Dalam pelaksanaannya banyak terjadimpenyelewengan dan sumber daya rakyat sangat rendah untuk melaksanakan sistem pembayaran sewa tanah dengan uang. 6. Kaum liberal berkeyakinan bahwa pengelolaan negeri jajahan akan mendatangkan keuntungan yang besar bila diserahkan kepada swasta, dan rakyat diberi kebebasan dalam menanam. Sedang kelompok konservatif berpendapat pengelolaan tanah jajahan akan menghasilkan keuntungan apabila langsung ditangani pemerintah dengan pengawasan yang ketat. Maka dari itu kaum konservatif mendukung pelaksanaan tanam paksa karena sistem usaha swasta menyerahkan pengelolaan tanah juga kepada swasta, sedangkan pelaksanaan sitem tanam paksa ditangani secara langsung oleh pemerintah. Kaum konservatif berpendapat bahwa pelaksanaan tanam paksa yang dikelola pemerintah akan mendapat keuntungan yang lebih besar. 7. Edward Douwes Dekker adalah pria keturunan Belanda yang tidak setuju dengan pelaksanaan tanam paksa di Hindia Belanda. Dengan nama samaran “multatuli”, ia membuat buku yang berjudul max havelaar. Buku tersebut berisi kekejaman Belanda kepada Indonesia terutama dalam pelaksanaan tanam paksa. Akhirnya pelaksanaan tanam paksa banyak ditentang yang menjadi pintu gerbang pelaksanaan politik etis. 8. Pelaksanaan Tanam Paksa itu tidak sesuai dengan peraturan yang tertulis. Hal ini telah mendorong terjadinya tindak korupsi dari para pegawai dan pejabat yang terkait dengan pelaksanaan Tanam Paksa. Tanam Paksa telah membawa penderitaan rakyat. Banyak pekerja yang jatuh sakit. Mereka dipaksa fokus bekerja untuk Tanam Paksa, sehingga nasib diri sendiri dan keluarganya tidak terurus. Sementara itu dengan pelaksanaan Tanam Paksa ini Belanda telah mengeruk keuntungan dan kekayaan dari tanah Hindia. Dari tahun 1831 hingga tahun 1877 perbendaharaan kerajaan Belanda telah mencapai 832 juta gulden, utang-utang lama VOC dapat dilunasi, kubu-kubu dan benteng pertahanan dibangun. Belanda menikmati keuntungan di atas penderitaan sesama manusia. Memang harus diakui beberapa manfaat adanya Tanam Paksa, misalnya, dikenalkannya beberapa jenis tanaman baru yang menjadi tanaman ekspor, dibangunnya berbagai saluran irigasi, dan juga dibangunnya jaringan rel kereta api. Beberapa hal ini sangat berarti dalam kehidupan masyarakat kelak. Sampai saat ini tanaman tersebut masih menjadi andalan ekspor Indoonesia. 9. Sistem tanam paksa dan ekonomi liberal merupakan sistem yang diterapkan pemerintah Belanda terhadap nusantara. Tanam paksa mewajibkan rakyat menanam tanaman yang dibutuhkan Belanda. Pengelolaan tanam paksa sepenuhnya dikelola oleh pemerintah. Sedangkan ekonomi liberal memberikan pintu gerbang pihak swasta atau asing untuk mengelola lahan. Ekonomi liberal ini akhirnya akan memunculkan banyak perkebunan, perkembangan transportasi dan urbanisasi. Masyarakat berbondong-bondong bermigrasi kekota besar atau daerah yang memiliki perkebunan. Tapi walaupun diberikan upah, upah mereka juga sangat rendah. Pada dasarnya keduanya sama-sama merugikan rakyat. Hanya saja pengelolaan sistem tanam paksa dikelola pemerintah sedangkan ekonomi liberal dicampur pihak asing atau swasta. 10. Hikmah yang dapat diambil dari masuk dan berkembangnya agama kristen di Indonesia adalah rasa saling menghargai dan toleransi antar umat beragama. Walaupun islam adalah agama mayoritas di Indonesia saat ini, namun Indonesia merupakan multikultural yang menampung banyak keanekaragaman termasuk agama. Maka dari itu sebagai sesama pemeluk agama hendaknya bisa saling menghormati. Saturday, 19 December 2015 Masa Pemerintahan Republik Bataaf Pemerintahan Herman Williem Daendels 1808-1811 Memperkuat pertahanan dan juga memperbaiki administrasi pemerintahan, serta kehidupan sosial ekonomi di Nusantara khususnya di tanah Jawa Daendels adalah kaum patriot dan liberal dari Belanda yang sangat dipengaruhi oleh ajaran Revolusi Perancis Daendels ingin menanamkan jiwa kemerdekaan, persamaan dan persaudaraan di lingkungan masyarakat Hindia. Liberte= kabebasan Egalite=Kebersamaan Fraternite=Persaudaraan ia ingin memberantas praktik-praktik feodalisme. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat lebih dinamis dan produktif untuk kepentingan negeri induk Republik Bataaf Daendels melakukan beberapa langkah strategis, terutama menyangkut bidang pertahanan-keamanan, administrasi pemerintahan, dan sosial ekonomi Bidang pertahanan dan keamanan Memenuhi tugas mempertahankan Jawa dari serangan Inggris, Daendels melakukan langkah-langkah 1. Membangun benteng-benteng pertahanan baru 2. Membangun pangkalan angkatan laut di Anyer dan Ujungkulon. Namun pembangunan pangkalan di Ujungkulon boleh dikatakan tidak berhasil 3. Meningkatkan jumlah tentara, dengan mengambil orang-orang pribumi karena pada waktu pergi ke Nusantara, Daendels tidak membawa pasukan. Oleh karena itu, Daendels segera menambah jumlah pasukan yang diambil dari orang-orang pribumi, yakni dari orang menjadi orang 4. Membangun jalan raya dari Anyer Jawa Barat, sekarang Provinsi Banten sampai Panarukan ujung timur Pulau Jawa, Provinsi Jawa Timur sepanjang kurang lebih km. Jalan ini sering dinamakan Jalan Daendels. Pelaksanaan program pembangunan di bidang pertahanan dan keamanan tersebut telah merubah citra Daendels. Pada awalnya Daendels dikenal sebagai tokoh muda yang demokratis tetapi berubah menjadi seorang yang diktator Daendels juga mengerahkan rakyat untuk kerja rodi. Dengan kerja rodi itu maka rakyat yang sudah jatuh miskin menjadi semakin menderita, apalagi kerja rodi dalam pembuatan pangkalan di Ujungkulon, karena lokasi yang begitu jauh, sulit dicapai dan penuh dengan sarang nyamuk malaria. Oleh karena itu, wajar kalau kemudian banyak rakyat Hindia yang jatuh sakit bahkan tidak sedikit yang meninggal. Bidang Pemerintahan Ia banyak melakukan campur tangan dan perubahan dalam tata cara dan adat istiadat di dalam kerajaan-kerajaan di Jawa. misalnya harus memberi hormat kepada raja, tidak boleh memakai payung emas, kemudian membuka topi dan harus duduk di kursi yang lebih rendah dari dampar kursi singgasana raja, Daendels tidak mau menjalani seremoni yang seperti itu. Ia harus pakai payung emas, duduk di kursi sama tinggi dengan raja, dan tidak perlu membuka topi. Bidang Peradilan Daendels membentuk tiga jenis peradilan 1 peradilan untuk orang Eropa, 2 peradilan untuk orang-orang Timur Asing, dan 3 peradilan untuk orang-orang pribumi. Peradilan untuk kaum pribumi dibentuk di setiap prefektur, misalnya di Batavia, Surabaya, dan Semarang. Peraturan untuk pemberantasan korupsi tanpa pandang bulu. Pemberantasan korupsi diberlakukan terhadap siapa saja termasuk orang-orang Eropa, dan Timur Asing. Bidang sosial-ekonomi Daendels memaksakan berbagai perjanjian dengan penguasa Surakartadan Yogyakarta yang intinya melakukan penggabungan banyak daerah ke dalam wilayah pemerintahan kolonial, misalnya daerah Cirebon Meningkatkan usaha pemasukan uang dengan cara pemungutan pajak Meningkatkan penanaman tanaman yang hasilnya laku di pasaran dunia Rakyat diharuskan melaksanakan penyerahan wajib hasil pertaniannya Melakukan penjualan tanah-tanah kepada pihak swasta 2. Pemerintahan Janssen 1811 Pada bulan Mei 1811, Daendels dipanggil pulang ke negerinya. Ia digantikan oleh Jan Willem Janssen. Janssen dikenal seorang politikus berkebangsaan Belanda. Sebelumnya Janssen menjabat sebagai Gubernur Jenderal diTanjung Harapan Afrika Selatan tahun 1802-1806. Pada tahun 1806 itu Janssen terusir dari Tanjung Harapan karena daerah itu jatuh ke tangan Inggris. Pada tahun 1810 Janssen diperintahkan pergi ke Jawa dan akhirnya menggantikan Daendels pada tahun 1811. Janssen mencoba memperbaiki keadaan yang telah ditinggalkan Daendels. Namun harus diingat bahwa beberapa daerah di Hindia sudah jatuh ketangan Inggris. Sementara itu penguasa Inggris di India, Lord Minto telah memerintahkan Thomas Stamford Raffles yang berkedudukan di Pulau Penang untuk segera menguasai Jawa. Raffles segera mempersiapkan armadanya untuk menyeberangi Laut Jawa. Pengalaman pahit Janssen saat terusir dari Tanjung Harapan pun terulang PadaTanggal 4 Agustus 1811 sebanyak 60 kapal Inggris di bawah komando Raffles telah muncul di perairan sekitar Batavia Beberapa minggu berikutnya, tepatnya pada tanggal 26 Agustus 1811 Batavia jatuh ke tangan Inggris. Janssen berusaha menyingkir ke Semarang bergabung dengan Legiun Mangkunegara dan prajurit-prajurit dari Yogyakarta serta Surakarta. Namun pasukan Inggris lebih kuat sehingga berhasil memukul mundur Janssen beserta pasukannya Janssen kemudian mundur ke Salatiga dan akhirnya menyerah di Tuntang Penyerahan Janssen secara resmi ke pihak Inggris ditandai dengan adanya Kapitulasi Tuntang pada tanggal 18 September 1811. Perjanjian Kapitulasi Tuntang Pemerintah Belanda harus menyerahkan Indonesia ke Inggris. Orang-orang Belanda menjadi tawanan perang Inggris. Orang-orang Belanda diperkerjakan dalam pemerintahan Inggris. Hutang belanda tidak menjadi tanggungan Inggris.

mengevaluasi penjajahan pemerintah hindia belanda